Label

Senin, 05 Maret 2012

"nyambung yang kemaren"

Riuh para santri tak sedikitpun membuatku bergeming, hatiku sendiri di tepian jiwaku yang serasa kehilangan ragaku. siang ini  gus Idang menunggu di ruang tengah, aku kumpulkan segenggam tenaga, langkah teriring sholawat berharap ridlo sang Maha Mengetahui.
Beliau mempersilahkan aku duduk tanpa sedikitpun melihatku, dan memanggil mas khoas, dan jiwaku semakin bergetar tak henti aku bertasbih di dalam hati. Dalem sepi tampaknya semua pergi.
Mas Khoas datang, dan tak bisa aku pungkiri rasa rinduku padanya membuat hatiku berdesir, Astagfirullah ampuni hambaMu yang sangat lemah ini. Aku semakin tertunduk lesu, entah apa yang akan beliau katakana. Ini  membuat hatiku semakin terasa tercepit, ach entahlah dan mas Khoas terlihat gugup, sesekali dia melihatku sampai akhirnya Gus Idang membuka pembicaraan membuatku sedikit lega berharap semua akan cepat selesai.
“ Sebelumnya aku minta maaf pada kalian, kepadamu Neng Naura jika mungkin kamu merasa sangat tidak nyaman dengan pertemuan ini,” dan untuk pertama kalinya aku dengar dia memanggil namaku, lidahku kelu dan mas Khoas sibuk memainkan Handphone di tangannya untuk menyembunyikan kegelisahannya yang tetap saja terlihat olehku.
 “ Khoas, aku sangat mengenalmu dan sedikit tahu tentangmu Neng, Khoas kau tahu aku sangat menyayangimu dan membanggakanmu. Dengan prestasimu meskipun jauh dari lubuk hatiku tak berpihak pada pilihanmu menjadi seorang mahasiswa, dan Neng Naura aku mencintaimu karena Allah dan karena orang tua kita, dan aku memanggil kalian karena aku tahu ada cinta di hati kalian, dan kita”
“dari mana mas tahu mas?” mas Khoas curiga, dan hatiku semakin mengecil, terasa sanmgat sesak menahan tangis.
“aku membereskan kamarmu setelah kau pergi ke Syiria 2 tahun lalu, aku menemukan ratusan puisi untuk Neng Naura, lukisan wajahnya dan foto kalian dalam kegiatan osis dan semua surat Naura padamu, tapi ma’afkan aku jika aku tak mampu menolak perjodohan ini. Aku tahu ini sangat sakit untuk kalian tapi ini juga sakit untukku, perjodohan ini adalah amanah, bukan maksutku untuk menunjukkan kemenanganku padamu khoas, selama ini kau selalu menang dan akan selalu menang, dan aku tidak menganggapmu kalah dalam hal ini karena aku tahu cinta Neng Naura masih untukmu, tapi jika kalian memang menginginkan bersama aku yang akan biicara dengan keluarga, meskipun mungkin itu ,,,,,,,,,,,,,,”
“tidak mas, Naura tidak di takdirkan untukku, perjodohan ini memang bukan untukku tapi mas dan Naura, ini bukan perlombaan dan hingga ada yang kalah dan menang, Naura bukanlah emas seperti hadiah perlombaan. Naura adalah cinta. Dulu Naura adalah cintaku mas, dan kini menjadi cinta kita, nanti akan menjadi cinta mas. Aku hanya ingin meminta izin pada mas karena akan sangat sulit untuk membuang cinta ini, dan memberikan kenangan terakhir padanya
”dan Naura ma’afkan aku jika selama ini cintaku telah membuatmu sakit dengan kepergianku tanpa memberimu kabar, tapi percayalah aku selalu mendo’akanmu dan merindukanmu. Selamat tinggal mutira hatiku dan inilah akhir dari kisah sang rajawali. Mas ma’afkan aku jika aku berkata seperti itu pada calon istrimu, tapi aku pastikan itu yang terakhir dan semoga kalian bahagia mas, dan semoga kalian mendapatkan Ridlo Maha pemberi cinta. Dan bolehkah aku meminta sesuatu mas?”
“katakan, insyaAllah aku akn memberikannya.”
“aku ingin mas mengizinkan Naura kuliah, jangan biarkan dia semakin sakit karena tak bisa mendapatkan mimpinya selama ini, aku yakin dia tidak akan mengecewakan mas, aku sangat mengenalnya, 5tahun bukan waktu yang singkat untuk aku sangat mempercayainya dan mengerti dia.’
‘baiklah, aku akan mengizinkannya kuliah.”
            Air mata yang selama ini aku haramkan jatuh karena cinta, kini telah menghujan membasahi hati dan jiwaku yang remuk. Lidahku kelu, tak sedikitpun aku bias berkata, dan mas Khoas seolah tahu apa yang akan aku katakana, hingga dia tak bertanya tentang hatiku.
            Dan akhirnya cinta memang harus memilih, karena hidup adalah pilihan meskipun pahit tapi ada rahasia Allah yang tak mungkin kita tahu. Kita hanya bisa berusaha dan menjaga apa yang kita miliki. Berlapang atas hikmah di balik kisah hidup.

2 komentar: